Friday, November 20, 2015

Buku dan "status"

20.00
waktu yang masih begitu sore untuk tidur. Namun, disini hanya aku yang masih terbangun memandangi suami dan anak yang sudah terlelap, entah sedang bermimpi apa. Sepi, ditemani sebuah buku yang baru saja aku beli dan sesekali suara hentakan kaki pangeran kecilku.

Kadang aku merasa iri melihat suami yang dengan mudahnya terlelap. Mungkin beliau begitu lelah, aku belajar memahami. Aku yang memang notabennya susah tidur, sekarang masih terjaga dan memang sengaja menyempatkan diri menemui kembali hobiku. Mungkin ini kesempatanku mencuri waktu menemui bukuku. Disamping itu juga aku menunggu si kecil menagih "hak"nya pada jam jam berikutnya.

Hobi yang begitu lama tidak tersentuh karna kesibukan-kesibukan lainnya. Mungkin semenjak hamil hingga melahirkan jarang sekali aku menyentuhnya. Buku.. yaa meski aku tidak seperti penggila buku lainnya setidaknya aku juga menyukainya, mungkin sedikit "tergila-gila". Sejak dulu, kalau sudah melihat buku dan masuk ke toko buku yang memajang beraneka ragam buku, aku seperti terhipnotis. Rasanya ingin sekali aku memiliki semua buku-buku tersebut. ya, meski kadang tak sempat baca. sepertinya aku mudah sekali jatuh cinta padanya (buku).

Bagiku dulu perkara membeli buku lebih gampang dari sekarang, setiap ingin, ada uang jajan, yaa beli. tapi sekarang begitu banyak pertimbangan, dan untuk membelinyapun aku harus benar-benar menyesuaikan dengan kebutuhan. Maklumlah statusku sekarang sudah berganti menjadi istri bahkan meningkat sebagai ibu juga. Jadi sekarang aku harus belajar memendam keinginan dan mendahulukan kebutuhan. Layaknya seorang mentri keuangan aku harus bisa mengatur keuangan dalam negri. Meskipun aku juga punya penghasilan, tak serta merta aku boleh seenaknya saja "egois" membelanjakannya untuk sendiri.

Malam ini aku putuskan untuk kembali membaca buku yang aku beli. Seperti biasa, semenjak buku itu ada, dengan antusias aku langsung membukanya, baca baca baca. Dari dulu aku memang sulit berhenti kalau sudah membaca bahkan aku rela makan sambil baca atau bahkan lupa makan (yang pasti tdk lupa sholat). Kali ini berbeda, perubahan status membuatku harus bisa memilih "dia atau dia". Bacaanku harus berada diantara hak suami dan anak. Sekarang aku tidak sendiri lagi, aku punya mereka yang berarti bagiku dan aku tdk boleh egois mementingkan keinginanku, seperti kadang suamiku mengorbankan hobinya demi istri dan anaknya, demi kualitas waktu bersama.

Berkeluarga bukan berarti mematikan hobi, hanya saja kita membutuhkan keahlian dalam memanage waktuantara keluarga dan hobi. Pastikan keluarga yang utama dan pilihlah waktu yang tepat menyalurkan hobi.

Think smart:)



No comments:

Post a Comment