Sunday, April 28, 2013

DAHSYATNYA SABAR



Ash-Shabur : Dia yang tidak didorong oleh ketergesaan, sehingga bergegas melakukan sesuatu sebelum waktunya, tetapi meletakkan sesuatu dengan kadar tertentu dan memberlakukannya dengan aturan-aturan tertentu pula. Dia tidak menundanya dari waktu yang ditentukan, sebagaimana penundaan orang yang malas. Tidak pula mempercepat waktunya sebagaimana percepatan orang yang tergesa-gesa. Segala sesuatu diletakkannya pada tempat dan waktu yang seharusnya dan semua itu tanpa suatu dorongan yang bertentangan dengan kemauannya.
Beranekaragam macam kesabaran seperti sabar terhadap godaan hawa nafsu, sabar terhadap keadaan orang lain, sabar terhadap tersebarnya kebatilan dan kesehatan, sabar terhadap sedikitnya pertolongan, sabar terhadap perjuangan yang terus menerus (seperti dlm memperoleh pengetahuan, berbuat baik, kesakitan yg menimpa, dll). Sabar bukan berarti diam tanpa usaha, karena kesabaran merupakan sebuah metode atau strategi.
Sabar itu cahaya. Kesabaran akan menuntun kita dari krisis yang sedang dihadapi. Kesabaran merupakan pelita yang akan menuntun kita untu bertemu degan rahmat dan kasih sayang Allah. Sabar itu Indah.
Kita mungkin tak sekuat Ibrahim as yang dengan kesabaran yang sangat luar biasa, ia tetap tegar menjalankan perintah Allah SWT untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail as. Kita mungkin tak bias sesabar Nabi Ayub as, dalam menjalani ujian dan cobaan yang bertubi-tubi dan luar biasa dahsyat. Bahkan kita tak sesabar nabi Muhammad saw, dengan ujian dan penderitaan yang luar biasa , tapi beliau tetap tegar, sabar dan istiqamah kepada Allah SWT.
Tak ada alasan untuk putus asa. Tak ada alasan untuk tidak sabar, sebagaimana tak ada alasan untuk tidak mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT.
Maka, sehebat apapun ujian dan cobaan yang datang pada kita, harus kita sadari bahwa materi kehidupan ini adalah kegembiraan dan kesedihan, kesenangan dan kesusahan. Ada saat sakit, ada saat sehat, ada saat untung, namun pada saat yang lain kita rugi.
Tidak mungkin didunia kita senang terus-menerus, karena karena senang yang terus menerus itu merupakan kehidupan di Surga, sebagaimana tidak mungkin kita sedih terus-menerus, dan susah serta sakit terus-menerus, sebab yang demikian materi kehidupan di neraka.
Konsepnya adalah Innalillahi wa inna Ilaihi raji’un (Kita semua berasal dari Allah SWT dan kepada Allah pula kita akan dikembalikan)


from :"Dahsyatnya Sabar" 
By: Ahmad Hadi Yasin

Thursday, April 25, 2013

Semu

Saat kita melihat benda yang berada di dasar kolam, pasti kita akan merasa kolam itu dangkal dan dengan mudah pula kita bisa mengambil benda tersebut. Namun, apa yang kita lihat tidak seutuhnya sama dengan apa yang sebenarnya. Yang kita lihat hanyalah semu akibat  medium yang berbeda antara pengamat dan benda. Inilah pembiasan. Oleh karena itu perlu rumus-rumus tertentu untuk bisa mengetahui dimana letak benda / kedalaman sebenarnya.

Menurut saya, keadaan di atas terkait dengan cara pandang kita dalam kehidupan sosial sesama manusia. Pernakah kita salah menilai seseorang? Saya rasa masing-masing kita kadang memiliki kesalahan dalam menilai seseorang. Letak kesalahannya ada pada pembiasan seperti kita melihat benda di dasar kolam tadi. Medium yang tidak sama memberikan kesemuan dalam penglihatan kita. Perlu cara tertentu mengenali yang sebenarnya (Seperti menggunakan rumus tertentu atau masuk ke medium tersebut).
Kesemuan sering menimbulkan kesalahan dan menimbulkan dampak yang tidak baik. Contoh :
1. Kasus melihat kedangkalan kolam. Kalau kita tidak menyadari kalau itu semu, maka tanpa perkiraan apapun akan masuk ke kolam, padahal tidak bisa berenang. Apa yang terjadi? Tenggelam..!!
2. Dalam kehidupan menilai seseorang, saat kita melihat tanpa perkiraan. Anggaplah dari pandangan kita seseorang itu memiliki sifat pemarah atau sombong. Apa akibatnya? saya rasa kebanyakan memilih akan bersikap sombong juga padanya dan menghindar darinya. Menyebabkan kita mengikuti kesombongan tanpa kita sadari.
Mana yang lebih baik? Menyamakan medium ataukah memakai rumus dalam menentukan hal yang sebenarnya ?
Saya sendiri lebih memilih menggunakan rumus, karna menyamakan medium akan memberikan kesulitan. Sulit untuk masuk ke medium lain. Rumus dalam kehidupan mungkin tak akan menggunakan angka-angka, namun rumus yang diciptakan dengan hati. Lihatlah seseorang dengan  mata hati karna disana ada rumus tersendiri.